Sosialisasi Gerakan Preventif Peduli Kekerasan terhadap Anak

Kapanewon Turi menyelenggarakan agenda tahunan Sosialisasi Gerakan Preventif Peduli Kekerasan terhadap Anak pada Senin, 22 November 2021 di Aula Kapanewon Turi. Sosialisasi ini mengundang perwakilan siswa dari seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kapanewon Turi.

Panewu Turi (tengah) membuka kegiatan Sosialisasi

“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengantisipasi terjadinya tindak kekerasan terhadap anak, baik di sekolah maupun di rumah,” jelas Wakhid Basroni, Panewu Turi, membuka kegiatan tersebut.

Lebih lanjut, Wakhid juga memaparkan mengenai kerentanan anak menjadi korban kekerasan pada masa pandemi. Anak dapat menjadi target atau sasaran ketika orang tua stres di rumah. Sedangkan di sekolah anak juga rentan terhadap kekerasan baik fisik maupun verbal dari sesama teman atau bahkan guru. Wakhid berharap setelah adanya sosialisasi, peserta dapat menularkan ilmu kepada teman di sekolah sehingga mereka termasuk menjadi kader gerakan preventif peduli kekerasan terhadap anak.

Kegiatan tersebut menghadirkan Arif Wibowo dari Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana untuk menjadi narasumber utama. Arif Wibowo memberikan materi dengan cara yang bersahabat mengingat pesertanya adalah anak remaja. Meskipun berjalan santai, Arif mendorong peserta untuk serius mengikuti sosialisasi agar mendapatkan manfaat sebesar-besarnya.

Arif Wibowo menyampaikan materi Sosialisasi

“Penting dan harus diperhatikan bahwa saat terjadi pubertas, remaja akan mengalami perubahan fisik dan psikologi. Perubahan psikologi seperti sensitif, mudah stress, takut, ingin menyendiri, lebih ekspresif, dan selalu ingin tahu dapat menjadi faktor munculnya sikap tidak terpuji dan berujung pada kekerasan baik menjadi korban maupun pelaku,” ungkap Arif.

Selain faktor internal (dari dalam diri anak), beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku tidak sehat pada remaja antara lain keluarga yang kurang intim, budaya sekolah yang semakin kompetitif, teman sebaya yang semakin liberal, media yang semakin permisif, dan masyarakat yang semakin individualistik.

Arif mengatakan bahwa faktor eksternal tersebut dapat menimbulkan masalah yang sering dialami remaja seperti tidak memiliki kemampuan untuk membentengi diri dan selanjutnya dapat berakibat pada perilaku seks menyimpang, terjerat narkoba, dan perilaku kekerasan. Adapun kekerasan yang dimaksud antara lain kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikologis, dan penelantaran.

Peserta mengerjakan kuis sebagai mini game yang diberikan oleh Narasumber

Karena peserta adalah anak sekolah yang sedang hangat-hangatnya menjalani proses pacaran, Arif juga memperingatkan mengenai tanda-tanda pacar melakukan kekerasan.

“Tanda pacar melakukan kekerasan contohnya menggunakan kekerasan fisik untuk menyakiti, mempunyai emosi yang meledak-ledak, bersifat posesif, meremehkan, menguntit, mengecek ponsel pacar tanpa izin, menjauhkan dari keluarga atau teman, memfitnah, dan memaksa berhubungan seks,” papar Arif.

Peserta diharapkan siap menjadi agen pemutus rantai kekerasan pada anak

Aksi preventif penanggulangan kekerasan pada anak dan remaja antara lain dapat dilakukan dengan cara pengenalan diri sendiri yaitu menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, penyesuaian diri yaitu mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut, serta memiliki orientasi diri yaitu mengarahkan pribadi ke arah sikap sosial yang menekankan nilai sosial, moral, dan kode etik. [Putri DK]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*